Potensi Diri dan Karakter Wirausahawan Potensial

ANALISIS POTENSI DIRI DAN KARAKTER WIRAUSAHAWAN POTENSIAL

Setiap manusia dibekali potensi diri yang berbeda-beda oleh Tuhan, dan bentuk kesyukuran atas bekal yang diberikan itu adalah dengan mencoba mengenal dan memanfaatkannya untuk diri sendiri dan tentunya juga bagi orang lain. Tidak semua manusia mampu mengenal potensinya apalagi memanfaatkannya. Mungkin ada di antara kita hingga saat ini belum menyadari bahwa dirinya memiliki potensi. Atau mungkin sudah menyadarinya, namun belum memanfaatkannya. Olehnya itu, pada bagian ini kita mencoba belajar untuk mengenal diri kita masing-masing dengan kembali “merekam” perjalanan hidup kita sejak lahir hingga saat ini dan menuliskannya dalam bentuk esei “Siapa Aku?”.

Dalam pembelajaran kewirausahaan ini, kita tidak berhenti hanya sampai mengenal diri kita sendiri. Ada baiknya kita juga mengenal bagaimana karakter yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan yang berhasil. Dengan mengenal karakter seorang wirausahawan, kita dapat memproyeksikan diri kita, apakah kita memiliki karakter tersebut. Seandainya dari hasil proyeksi diri menunjukkan bahwa kita telah dominan memiliki karakter yang dimiliki wirausahawan, ada baiknya juga kita mengenal keterampilan dan hobby apa yang telah kita miliki, karena mungkin ide bisnis muncul dari pemanfaatan keterampilan dan hobby tersebut. Untuk mewujudkan ide bisnis menjadi sebuah kenyataan, tentunya diperlukan dukungan finansial dalam bentuk   modal awal. Olehnya itu, kita perlu pula membuat kalkulasi sumber modal awal  dari  pihak  internal  (diri sendiri dan keluarga). Kita dapat melakukannya dengan mencoba  menyusun  neraca pribadi untuk  mengetahui nilai harta kekayaan yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan ide bisnis kita.


Setelah melalui proses pengenalan potensi yang ada pada diri kita, baik karakter, keterampilan, hobby maupun potensi perolehan modal awal yang dapat dimanfaatkan, ada baiknya kita perlu merumuskan visi dan misi pribadi. Bagi yang telah memiliki visi dan misi pribadi sebelumnya, barangkali setelah melakukan pengenalan potensi diri dan potensi wirausahawan pada pembelajaran ini, kita perlu melakukan revisi.

Mengenal Potensi Diri

Sebagai seorang manusia biasa sudah pastilah kita memiliki hasrat dan keinginan untuk menunjukkan potensi-potensi diri yang kita miliki. Sebagai bentuk kesyukuran sebagai seorang hamba atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan adalah dengan mau belajar memahami segala bentuk karunia yang telah diberikan dan berupaya untuk meraih sukses dengan memanfaatkan potensi yang diberikan. Masih banyak dari kita mungkin tidak dapat mengenal bahwa di dalam diri terdapat potensi yang besar, karena kita tidak mampu memahami siapa diri kita sebenarnya. Cara berpikir yang terlalu sempit terhadap diri sendiri dengan selalu menilai bahwa diri kita sederhana, mungkin saja menjadi salah satu penyebab. Kalimat bahwa saya tidak mampu, saya tidak punya potensi untuk itu, dia bisa karena dia punya segalanya...sedangkan saya, dan kalimat-kalimat yang bernada meremehkan diri sendiri adalah contoh cara berpikir sempit terhadap diri sendiri.

Jika kita ingin mengawali perjalanan hidup menuju kesuksesan, kita harus berani keluar dari cara berpikir yang terlalu sempit. Jangan kita menyangka bahwa seseorang yang mencapai sukses itu diraih dengan gampang, tanpa rintangan dan penuh suka cita. Bisa jadi orang yang sukses tersebut ketika memulai karirnya, kehidupan yang dimiliki lebih memprihatinkan daripada diri kita atau mungkin saja dia memulai karirnya dari kondisi minus, bukan dimulai dari nol.

Bagaimana situasi dan kondisi kekinian diri kita tidak terlepas dari apa yang telah kita lakukan dan terjadi di masa lalu, demikian pula bagaimana kita di masa depan akan ditentukan oleh apa yang kita lakukan di masa kini. Berangkat dari alasan tersebut, maka ada baiknya jika kita mencoba kembali memutar “rekaman” masa lalu kita, yaitu masa sejak lahir hingga dewasa seperti saat ini. Mungkin dengan cara ini, kita akan dapat menarik hikmah atau pelajaran-pelajaran penting dari berbagai pengalaman hidup (suka dan duka) yang pernah dialami di masa lalu.

Mengenang kembali masa lalu bukan berarti kita harus larut dengan suka maupun duka yang pernah dialami, tetapi setidaknya dari pengalaman tersebut kita dapat memahami bagaimana diri kita saat ini dan mengapa kita bisa seperti saat ini. Hidup akan terus kita jalani hingga batas akhir yang entah kita tidak tahu waktunya, namun yang pasti kita akan mencapai titik akhir dari kehidupan ini. Demikian halnya dengan akhir kehidupan, apa yang akan terjadi terhadap diri kita di masa yang akan datang segalanya penuh dengan ketidakpastian.Masa lalu yang pernah kita jalani tidak mungkin terulang kembali, tetapi bukan berarti kita harus melupakannya. 

Bisa jadi apa yang pernah kita alami dapat menjadi pelajaran untuk meniti hidup ke masa depan. Hidup ini ibarat perjalanan dengan mengendarai kendaraan, sesekali kita harus menengok ke belakang (melalui kaca spion kendaraan) meskipun kita tetap melaju ke depan. Apa jadinya jika kita mengendarai kendaraan tanpa sesekali memperhatikan ada apa di belakang kita? 

Meskipun demikian, jangan pula perjalanan hidup menuju ke masa depan kita lakukan dengan selalu melihat ke masa lalu, hidup didominasi oleh masa lalu seakan-akan kita hidup di masa lalu.

Apa jadinya pula jika kita mengendarai kendaraan dengan perhatian selalu tertuju ke belakang? Ilustrasi perjalanan berkendaraan ini seperti apa yang dikatakan oleh Art Linkletter, seorang motivator kelahiran Kanada, bahwa: “Saya belajar dari kesalahan dan kegagalan saya, tapi setelah itu saya akan meninggalkan mereka di belakang dan menguburnya dalam-dalam, agar mereka tidak bisa menghalangi saya untuk maju di kemudian hari”.

Sebagai langkah awal untuk memutar “rekaman” masa lalu kita adalah dengan mempertanyakan pada diri kita sendiri dengan pertanyaan “Siapa Aku?”. Pertanyaan ini nampaknya singkat dan cukup sederhana, namun mungkin ketika kita ingin menjawabnya, kita mengalami kesulitan yang luar biasa. Tentu saja menjawab pertanyaan ini tidak hanya sekadar menyebutkan nama kita, nama orang tua kita, alamat domisili kita. Namun pertanyaan ini setidaknya dapat menjawab ada apa di balik diri kita dan diri kita lebih dari sekadar mewarisi sifat-sifat keturunan dari orang tua. Melalui pertanyaan ini kita harus menyadari bahwa diri kita terbentuk dari rangkaian peristiwa dan pengalaman sepanjang perjalanan hidup kita sejak lahir hingga menjadi dewasa seperti saat ini.

Sejak kita lahir, kita dibesarkan oleh keluarga yaitu kedua orang tua kita, ayah dan ibu kita. Namun tidak mustahil juga, ada di antara kita yang tidak dibesarkan oleh orang tua kandung. Siapa pun yang membesarkan dan mendidik kita, merekalah orang tua kita dalam fungsinya sebagai pengasuh dan pendidik kita. Siapa pun mereka, tidak dapat dipungkiri bahwa merekalah yang membesarkan, mengasuh, mendidik dan mempersiapkan diri kita agar suatu saat dapat melepaskan diri sebagai manusia yang dapat menentukan sendiri tindakan dan langkah apa yang dapat dilakukan untuki menuju ke masa depan dan tentunya bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri sebagai manusia dewasa. 

Kedua orang tua kitalah yang pertama kali memberikan pengalaman belajar dan pengalaman hidup kepada kita yang mungkin sebagian dari pengalaman tersebut ternyata berguna sebagai bekal dasar bagi pengembangan karir kewirausahaan yang akan kita pilih. Ketika kita sudah mulai dapat berjalan dan memiliki keberanian untuk keluar dari rumah, bergaul dengan anak-anak tetangga atau teman-teman sebaya kita di sekitar rumah, di saat itulah kita memulai memasuki pendidikan di luar rumah. Di masa-masa inilah kita menjalani suatu proses pendidikan informal. Ketika kita sudah menginjak usia sekolah, kita mulai disekolahkan, mungkin dimulai dari taman bermain atau taman kanak-kanak, selanjutnya ke sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas hingga saat ini duduk di bangku perguruan tinggi. Masa pendidikan di sekolah ini merupakan masa pendidikan formal kita. Di saat yang sama, mungkin kita mengikuti berbagai kegiatan ekstra kurikuler, semisal pramuka, palang merah, olah raga, seni dan sebagainya. Saat yang sama pula kita mengalami proses pembelajaran secara non-formal.

Berbagai rentetan peristiwa-peristiwa yang telah kita lalui di masa pendidikan tersebut, bisa jadi kita dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk karakter kita dan mungkin saja menjadi penguat tekad kita dalam memilih karir sebagai wirausaha.

Sebagian dari kita mungkin mulai bekerja mencari nafkah setelah lepas dari masa-masa sekolah. Tetapi tidak jarang pula, ada di antara kita yang telah melakoni sebagai pekerja sambil bersekolah atau malah telah mulai bekerja sejak usia dini baik sekadar membantu orang tua atau pun bekerja secara mandiri. Bagi yang telah bekerja sambil bersekolah atau sejak usia dini, masa pengalaman mencari nafkah terjadi bersamaan atau menjadi bagian dari proses asuhan dalam keluarga pendidik maupun proses pendidikan di luar rumah. Peristiwa-peristiwa yang dialami dalam masa pengalaman bekerja mencari nafkah ini, bila kita renungkan secara mendalam, kita akan memperoleh hikmah dan lebih memperkuat lagi tekad kita untuk memilih karir sebagai wirausahawan.

Dukungan keluarga (prokreasi) yakni suami atau istri bahkan anak-anak kita sangat menentukan perjuangan kita dalam meniti karir kesuksesan sebagai wirausahawan.Jika masih berstatus lajang dan belum ada niat untuk mengakhiri status lajang, berarti masa pembentukan keluarga prokreasi ini belum dialami. Tetapi sebagai manusia normal, tentunya ada keinginan dan mungkin tidak lama lagi akan memasuki masa ini. Barangkali ada baiknya juga sebelum memasuki masa ini, ada upaya yang kita lakukan untuk membicarakan dan menyepakati jalur karir yang akan ditempuh dengan (calon) pasangan kita.

Pengalaman meniti kehidupan sejak lahir hingga dewasa sebagaimana yang tergambar dari “pemutaran rekaman” masa lalu kita seperti yang telah diuraikan, maka untuk memudahkan menjawab pertanyaan “Siapa Aku?” ada baiknya kita dapat mengungkapkannya dalam periode masa yang dipilah menjadi:

  • Masa asuhan dalam keluarga pendidik
  • Masa pendidikan di luar rumah
  • Masa pengalaman mencari nafkah
  • Masa pembentukan keluarga prokreasi

Untuk membantu dalam mengungkapkan pengalaman-pengalaman penting bagi pembentukan diri, beberapa contoh pertanyaan sesuai dengan bagian masa yang yang hendak diungkapkan disajikan pada Bingkai 1.

Berangkat dari “rekaman” masa lalu sebagai sketsa “wajah” diri kita, ada baiknya untuk kepentingan pembelajaran kewirausahaan perlu pula kita mengenal sketsa “wajah” yang lain, yaitu sketsa “wajah” wirausahawan. Karakter-karakter apa saja yang mutlak dimiliki oleh seorang wirausahaan. Dari sketsa “wajah” wirausahawan tersebut, Anda dapat bercermin dan mencoba menarik kesimpulan menyangkut karakter-karakter wirausahawan mana saja yang dominan yang ada pada diri kita.

Karakter yang dimiliki oleh wirausahawan sukses pada dasarnya merupakan hasil dari perpaduan berbagai aspek potensi diri dan faktor-faktor lingkungan yang terwujud dalam aktualisasi diri dalam bentuk sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa mereka memang memiliki karakter tersebut. Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses.

Bingkai 1

Pedoman Pertanyaan Berdasarkan Masa

SIAPA AKU?

1. Masa Asuhan dalam Keluarga Pendidik

  • Kapan dan dimana aku lahir?
  • Siapa nama lengkapku, nama panggilanku, yang memberikan aku nama dan makna dari namaku?
  • Siapa ayahku, siapa ibuku, apa pekerjaannya masing-masing?
  • Aku dilahirkan sebagai anak ke berapa, dari berapa orang bersaudara?
  • Hal-hal apa atau pengalaman-pengalaman apa yang aku peroleh dari ayah-ibuku atau siapa pun
  • yang mengasuhku yang dinilai menentukan jalan hidupku saat ini dan mengapa demikian?
  • Hal-hal apa yang paling aku sukai dari pekerjaan ayah dan/atau pekerjaan ibuku dan mengapa aku menyukainya?

2. Masa Pendidikan di Luar Rumah

  • Saat umur berapa aku mulai sekolah di TK, SD, SMP, SMA hingga aku masuk ke perguruan
  • tinggi?
  • Apa saja aktifitasku di sekolah selain belajar?
  • Lembaga-lembaga lain non-sekolah tempat aku belajar dan saat kapan aku belajar di tempat itu?
  • Siapa di antara guru-guru/instruktur/tutorku yang berpengaruh terhadap jalan hidupku, apa
  • pengaruhnya dan mengapa aku berpendapat demikian?
  • Hal-hal apa yang paling aku sukai dari pekerjaan ayah dan/atau pekerjaan ibuku dan mengapa aku
  • menyukainya?

3. Masa Pengalaman Mencari Nafkah

  • Sejak umur berapa aku bekerja mencari nafkah membantu orang tua, bekerja apa dan berapa lama?
  • Jenis-jenis pencarian nafkah apa yang aku alami kemudian dan berapa lama?
  • Aktifitas-aktifitas sosial apa yang pernah aku ikuti? Kapan dan di mana?
  • Apa manfaat yang dapat aku peroleh dari mengerjakan aktifitas-aktifitas sosial tersebut dan
  • apa hikmah yang dapat aku tarik?
  • Diantara berbagai jenis pekerjaan mencari nafkah dan aktifitas sosial yang pernah aku lakukan, yang mana yang memberikan kepuasan terhadap diriku dan mengapa aku berpendapat demikian?

4. Masa Pembentukan Keluarga Prokreasi

  • Siapa yang menjadi (calon) istri/suamiku?
  • Hal apa yang membuat aku tertarik pada (calon) istri/suamiku tersebut?
  • Pengalaman apa yang dapat aku tarik dari pengalaman hidup (calon) istri/suamiku dan sebaliknya
  • pengalaman apa yang dapat ditarik oleh (calon) istri/suamiku dari pengalaman hidupku?
  • Dukungan apa yang dapat aku harapkan dari keluarga terhadap pekerjaanku dan sebaliknya dukungan apa yang keluarga harapkan dari pekerjaanku?

Karakter Wirausahawan Potensial

Pengertian kewirausahaan yang berbeda-beda oleh para ahli menyebabkan pula beragamnya pendapat terhadap karakter-karakter yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan sukses. Kao (1983) dalam Tunggal (2008) menuturkan bahwa terdapat 11

karakteristik seorang wirausahawan, yaitu:

  1. Total berkomitmen, menjadi penentu dan melindungi
  2. Memiliki dorongan untuk mendapatkan dan bertumbuh.
  3. Berorientasi kepada kesempatan dan tujuan.
  4. Mempunyai inisiatif dan tanggung jawab personal.
  5. Pemecah persoalan secara terus menerus.
  6. Memiliki realisme dan dapat berbicara denan selingan humor.
  7. Selalu mencari dan menggunakan umpan balik (feedback).
  8. Selalu berfokus pada internal.
  9. Menghitung dan mencari risiko.
  10. Memiliki kebutuhan yang kecil untuk status dan kekuasaan.
  11. Memiliki integritas dan reabilitas.

Alma (2007) dalam konteks karakter wirausahawan mengemukakan delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha yang terdiri atas :
  1. (Mau kerja keras (capacity for hard work)
  2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)
  3. Penampilan yang baik (good appearance)
  4. Yakin (self confidence)
  5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
  6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
  7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
  8. Pandai berkomunikasi ability to communicate)
Sedangkan Gooffrey G. Meredith (2000) mengemukakan ciri dan watak wirausahawan, seperti berikut:
  1. Percaya diri dengan watak keyakinan, kemandirian, individualitas dan optimisme.
  2. Berorientasikan tugas dan hasil dengan watak kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
  3. Pengambil resiko dengan watak memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.
  4. Kepemimpinan dengan watak bertingkah laku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, suka terhadap[ kritik dan saran yang membangun.
  5. Keorisinilan dengan watak memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
  6. Berorientasi ke masa depan dengan watak persepsi dan memiliki cara pandang/cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
  7. Jujur dan tekun dengan watak memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Kasmir (2007) mengemukakan ciri-ciri wirausahawan yang berhasil, sebagaimana yang diuraikan berikut ini:
  1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
  2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
  3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
  4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
  5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
  6. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
  7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
  8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Secara sederhana, seorang wirausahawan dapat didefenisikan sebagai orang yang menghasilkan suatu produk (barang/jasa) yang ditujukan bukan untuk digunakan sendiri, melainkan untuk ditawarkan kepada pihak lain yang membutuhkan dan bersedia untuk membelinya dengan tingkat harga tertentu. Dari hasil penjualan tersebut, ia berhasil memperoleh pendapatan untuk nafkah hidupnya serta memperoleh keuntungan untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut. Dalam pengertian ini, wirausahawan adalah sebagai peranan sosial yang menjadikan ekonomi suatu komunitas dapat berputar.
Ukuran-ukuran lain dari kesuksesan seorang wirausahawan adalah keberlanjutan hidup perusahaannya, penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat bangsanya, meningkatkan kesejahteraan karyawan-karyawannya, peningkatan kualitas hidup para pemakai produknya, serta perbaikan mutu lingkungan dari lokasi usahanya.

Berdasarkan pendefenisian wirausahawan secara sederhana tersebut, dengan tanpa bermaksud mengabaikan pendapat para ahli mengenai karakter wirausahawan yang telah dikemukakan, pada pembelajaran kewirausahaan ini menggunakan pengelompokan ciri dan karakter wirausahawan sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryana, A.S. (2007) yang diuraikan berikut ini.

1. Percaya diri

Karakter yang masuk dalam ciri percaya diri adalah optimis, mandiri, jujur berintegritas, matang seimbang, berfokus pada diri, dan bertekad kuat. Dengan karakterkarakter tersebut, seorang wirausahawan percaya bahwa dirinya memiliki kemampuankemampuan tertentu yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran yang hendak dicapainya. Ia juga tidak akan gorah menghadapi gangguan-gangguan di tengah perjalanan untuk mencapai tujuan. Memiliki harga diri yang tinggi dan tidak mudah menyerah pada kegagalan. Pada saat mengalami kegagalan, ia menerimanya sebagai hambatan sementara dan sekaligus sebagai sumber belajar untuk menentukan upaya-upaya yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Berani Mengambil Resiko
Ciri berani mengambil resiko meliputi karakter pengambil resiko yang moderat dan dapat diperhitungkan, mampu belajar dari kegagalan, toleran terhadap ketidakpastian, menyukai tantangan dan agresif. Dengan karakter tersebut, seorang wirausahawan menyadari bahwa tidak semua faktor yang mempengaruhi tercapainya hasil berada dalam pengendaliannya. Karena itu, dalam setiap usaha untuk mencapai keberhasilan, padanya melekat kemungkinan untuk gagal yang sering disebut sebagai suatu resiko. Nilai resiko bagi seorang wirausahawan dapat diperhitungkan atau diperkirakan secara intuitif. Bila nilai kerugian dari resiko terlalu kecil, bagi seorang wirausahawan tidak menarik untuk diambil, karena kurang menantang. Sebaliknya bila kemungkinan untuk berhasil terlalu kecil, ia pun tidak akan nekad untuk menghadapinya. Seorang wirausahawan hanya akan mengambil pilihan dengan resiko yang wajar dan realistis.

3. Kreatif-Inovatif
Energik, banyak akal (resourcefull), pengetahuan dan keterampilan luas (versatile), berdayacipta dan imajinatif dan luwes (fleksibel) adalah karakter yang menjadi ciri kreatif dan inovatifnya seorang wirausahawan. Tidak menyukai kerutinan maupun kemapanan yang menyebabkan seorang wirausahawan selalu kreatif menemukan hal-hal baru (inovatif). Ia tidak menyukai jalan buntu dan akan menghadapi segala situasi dan kondisi dengan sikap felksibel, serta selalu berupaya menemukan sumber-sumber alternatif sesuai dengan dasar wawasannya yang luas.

4. Berorientasi Tugas dan Hasil
Karakter wirausahawan yang termasuk dalam ciri berorientasi tugas dan hasil meliputi butuh prestasi (need for Achievement/n-Ach), tekun dan teliti, berorientasi pada sasaran, efektif dan produktif, serta berorientasi laba. Seorang wirausahawan bila memiliki ide/gagasan senantiasa merasa perlu segera menentukan tindakan-tindakan untuk mewujudkannya. Begitu ia telah memulai tindakan, perhatiannya semata-mata tertuju kepada hasil yang hendak dicapainya. Dengan motivasi untuk berprestasi yang tinggi dan persediaan energi yang cukup ia berupaya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkannya.

5. Kepemimpinan
Ciri kepemimpinan pada seorang wirausahawan dapat dilihat dari berbagai karakter yang dimilikinya, yaitu: pengambil keputusan yang cepat dan sistematis, berinisiatif dan proaktif, dinamis, tanggap terhadap kritikan dan saran, kepribadian yang menarik dan mudah bergaul, kooperatif, bertanggung jawab, sadar pengaruh/kekuasaan serta berorientasi pada pelayanan. Seorang wirausahawan yang memiliki karakter-karakter tersebut dapat dilihat dari kemampuannya bergaul dan membangun jejaring yang memiliki prospek yang saling menguntungkan. Terhadap saran dan kritikan dari pemangku kepentingan (stakeholders) serta pihak-pihak lain ditanggapi secara positif, bahkan dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan gagasan-gagasan dalam rangka perbaikan dan perwujudannya.

6. Sadar Arus Waktu
Seorang wirausahawan harus sadar arus waktu yang ditandai dengan adanya karakter berupa memanfaatkan waktu dengan efisien, terarah ke masa depan, perspektif, menjalani waktu kronos dan menghayati waktu kairos. Dengan karakter tersebut, seorang wirausahawan dapat menggunakan kesempatan yang ada (kairos) sebaik mungkin, karena ia sadar bahwa waktu memiliki kurun obyektif (kronos) yang sama bagi setiap orang, tidak ada orang yang memiliki lebih dari 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu dan 52 minggu dalam per tahun.
Penutup
Begitu ada perasaan untuk tergerak atau terpanggil untuk memilih karir sebagai seorang wirausahawan, sesungguhnya ini merupakan suatu peluang yang tidak dapat disiasiakan. 
Bukankah kemampuan dapat dicapai dengan mudah apabila ada kemauan? Dengan mencoba menyelami latar belakang kehidupan, pada dasarnya kita telah menemukan beberapa bagian penting dari diri kita, dan ini merupakan modal besar bagi kita untuk mengembangkan diri menuju masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
Kita juga telah mengenal bagaimana karakter yang dimiliki oleh seorang wirausahawan sukses. Mungkin selama ini kita mengenal sosok seorang wirausahawan sebagai manusia sehari-hari, karena dia adalah teman, sahabat atau keluarga kita. Dengan gambaran bagaimana karakter seorang wirausahawan sebagaimana yang dibahas dalam pembelajaran ini, kita dapat menjadikannya sebagai sebuah “cermin” untuk memproyeksikan karakter diri kita sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisnis Di Era Digital Berwirausaha Butuh Teknologi

Bisnis Mudah dan Menguntungkan Untuk Para Pemula