Mengenal Entrepreneur, Sekolah Wirausahawan, Kisah orang-orang Sukses, Open Mind, Hobi Merawat Diri, Bisnis Salon

Mengenal Entrepreneur University atau Sekolah Wirausahawan, Belajar Dari Kisah Orang-Orang Sukses

Senantiasa Open Mind

Dunia wirausaha kini tengah menemukan momentum di negeri ini. Generasi muda sudah sadar betul akan pentingnya berwirausaha. Zaman sekarang profesi wirausaha tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Begitu banyak mahasiswa yang sudah menamatkan kuliahnya di perguruan tinggi memantapkan hati untuk menekuni profesi wirausaha, dan bahkan di masa kuliahpun mereka sudah mulai merintis usaha. Mereka yang mempunyai jiwa pengusaha tidak lagi membayangkan untuk mencari kerja selepas kuliah. Yang mereka pikirkan, justru malah sebaliknya bagaimana cara menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri maupun orang lain.


Tapi sayangnya sebagian kalangan di masyarakat memang masih memiliki anggapan bahwa dunia wirausaha adalah dunia para pengusaha besar dan mapan. Mereka mengidentikkan dunia ini sebagai sebuah upaya semata-mata menjadi kaya raya. Bahkan, hanya masyarakat awam saja yang berpikiran begitu. Tidaklah heran jika berbicara tentang sosok wirausaha hewan sukses, maka yang selalu dipakai barometer utama adalah bagaimana mereka berhasil menciptakan kekayaan melimpah melalui bisnis yang mereka bangun.

Entrepreneur


Padahal, keberhasilan dalam berwirausaha tidak hanya semata-mata dinilai dari seberapa berhasil seseorang mengumpulkan kekayaan belaka. Kewirausahaan lebih melihat bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, dan menjalankan usaha dari sesuatu yang sebelumnya belum terbentuk atau belum berjalan. Seberapa pun ukuran suatu usaha, jika di awali dengan niat yang baik dan dilakukan dengan cara-cara yang bersih, maka nilai kewirausahaan jelas berharga daripada sebuah perusahaan besar yang dibangun dengan cara-cara yang tidak terpuji.
Dalam dunia wirausaha, kekayaan merupakan produk bawaan yang bersifat relatif dari sebuah usaha yang berorientasi ke arah prestasi. Prestasi kerja seorang wirausahawan yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan yang mandiri. Kewirausahaan yang merupakan terjemahan dari "entreprenurship" mengandung kata "wira" yang bermakna luhurnya budi pekerti, teladan, memiliki karakter yang baik, dan berjiwa besar. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa seorang wirausahawan sejati selalu memegang etika terbaik dalam berbisnis. Seorang wirausahawan yang berhasil mengumpulkan harta yang berlimpah, tidak dapat dikatakan sebagai wirausahawan sejati, selama harta yang dikumpulkannya itu didapat dengan jalan yang tidak terpuji.

Sejalan dengan tingginya minat masyarakat terhadap dunia wirausaha, berbagai sekolah, komunitas bisnis, dan berbagai buku yang fokus membahas bidang ini pun bermunculan. Dan bahkan buku-buku, majalah dan media yang membahas topik bisnis atau entrepreneurship selalu laris di pasaran. Kelihatannya, masyarakat memang tengan butuh sebuah bacaan yang bisa memberikan petunjuk praktis, sebagai bekal bagi mereka sebelum terjun jadi seorang entrepreneur.

Sebagai pembakar semangat dalam merintis usaha dan menjadi wirausahawan sejati ada baiknya anda bercermin pada kisah-kisah orang-orang yang sudah lebih dahulu menggeluti bisnis. 

Simak kisah berikut ini :

Berangkat dari Hobi Merawat Diri

By Yulia Astuti

Bisnis salon memang sudah bertebaran dimana-mana, tetapi salon yang khusus membidik pangsa pasar Muslimah belum banyak ditemukan. Berawal dari Pengalaman Yulia saat kesulitan mencari salon yang sesuai dengan keinginannya, dia memutuskan untuk membuka bisnis salon khusus buat para Muslimah. "Sebagian orang berjilbab separti saya, ingin dilayani oleh sesama wanita. Para Muslimah berjilbab juga akan merasa lebih nyaman jika tidak tercampur dengan laki-laki saat melakukan perawatan diri di salon," Ujar Yulia yang selalu tampil chic ini.


Usai lulus kuliah dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada Januari 2000, Yulia langsung diterima bekerja pada sebuah perusahaan manufaktur asal Jepang. Dan pada bulan itu juga dia menikah dengan seorang pria asal Solo yang berprofesi sebagai akuntan. Saaat sedang semangat-semangatnya meniti karier, Yulia melahirkan anak pertamanya pada November 2000. Dia pun sangat menikmati peran barunya sebagai seorang ibu, di samping sebagai profesional.

Dengan Dua peran tersebut mau tidak mau menuntut Yulia untuk dapat menjalankan keduanya dengan baik dan seimbang. Pekerjaan di kantor menuntut perhatian, energi dan sikap profesional. Sementara peran sebagai ibu tidak kalah mulia, juga menuntut perhatian ekstra. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya naluri keibuan Yulia lebih mendominasi dirinya.

"Saya lebih condong memilih peran sebagai ibu," begitu jawabnya ketika di tanya tentang apa yang diprioritaskannya.

"Seprofesional apapun kita mengatur waktu dan peran, kadang kita menghadapi dilema. Ada saja bentrokan yang terjadi. Misalnya ketika bersiap pulang kerja pada jam enam soreng, sering kali tiba-tiba atasan memberi pekerjaan. Pada hal, anak saya di rumah sudah menunggu seharian untuk mendapatkan kasih sayang," kata Yulia mengenang.

Mulai dari situlah muncul keinginannya untuk menjadi seorang pengusaha. Yang ada dalam pikirannya waktu itu, menjadi pengusaha itu enak. Lebih bebas mengatur waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan pekerjaan. Bahkan, bisa ikut mengatur orang lain. Sayangnya, dia belum mempunyai keberanian untuk segera memulai.
Sampai akhirnya Yulia membaca Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki. Mereka mendapatkan pencerahan baru, Yulia pun langsung mempraktikkannya dengan mencoba terjun sebagai investor. Tidak tanggung-tanggung, dia berinvestasi pada sektor agrobisnis, walaupun sebenarnya dia masih "buta" dengan dunia itu. "Jangankan untuk beragrobisnis ria, berkebun saja sebenarnya saya tidak terlalu tertarik,' begitu katanya.

Keputusan Yulia yang tampak tergesa-gesa tersebut mebuatnya harus mau menelan "pil pahit". Hanya perlu sampai tiga bulan, untuk memastikan bahwa uang miliknya akhirnya lenyap tak berbekas. Padahal, nila investasi yang dia tanamkan besar untuk ukuran saat itu.

Pengalaman pahit sebagai investor tersebut menginspirasi Yulia untuk mencoba berbisnis sendiri. Dia ingin mengelola modalnya sendiri, bukan hanya sebagai investor lagi. Keputusan dalam memilih usaha pun diambilnya dengan sangat berhati-hati. Dia tidak ingin membuat keputuasan gegabah yang berujung pada kegagalan seperti pengalaman sebelumnya.

Yulia pun mencoba untuk terus menggali potensi yang ada dalam dirinya. Dia melakukan inventarisasi berbagai kegemarannya. Dari hasil eksplorasi diri tersebut, Yulia menyadari kalau dari dulu dia suka dengan aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri. Sejak SMP dia sudah sendang dengan maskeran wajah, senang dipijat, dan luluran. Yulia mengaku merasa enjoy dengan perasaan nyaman setelah melakukan perawatan diri di salon. Dia juga merasa nyaman saat menyentuh kulit yang halus dan bersih. Bahkan untuk memuaskan kegemarannya, Yulia senang meracik berbagai ramuan kesehatan untuk dipakai sendiri.

Akhirnya, Yulia mendapatkan sebuah ide bisnis yang prospektif. Dia mulai berpikir kenapa tidak memulai bisnis dari apa yang dia sukai saja. Walaupun bukan termasuk orang yang maniak salon, tapi dia amat suka dengan aktivitas yang berbau perawatan diri. Apalgi selama ini, dia sering mengalami kesulitan mencari salon yang dijamin tidka ada laki-laki di dalammnya. Hal itulah yang mendasari dia ingin mempunyai usaha salon Muslimah.

Hambatan pertama saat akan memulai usaha salon tersebut langsung menghadang. Yulia tidak punya cukup modal, karena tabungannya telah terkuras habis pada saat gagal dalam bisnis sebelumnya. Namun, Yulia tidak menyerah begitu saja. Dia pun mencari jalan keluar dengan mengajak teman-temannya untuk bergabung sebagai mitra.

Setelah mendapatkan mitra, Yulia pun mulai melakukan persiapan teknis pembukaan salon pertamanya. Dia mulai hunting ke beberapa pusat grosir, membeli handuk di ITC Mangga Dua, beli kosmetik di Pasar Baru, cari gorden di Tanah Abang, dan pesan furniture di Klender, sampai menawar AC ke Glodok, meskipun pada akhirnya dia tahu, beli AC di Depok ternyata ada yang lebih murah. Kehujanan saat membagikan brosur dan dikejar-kejar satpam gara-gara membagikan brosur di mal juga turut mewarnai persiapan membuka salon. "Yulia pasti, semua itu merupakan pengalaman yang sangat seru bagi saya," Ungkapnya.
Semua persiapan tersebut dikerjakan sendiri oleh Yulia sambil terus bekerja. Bayangkan saja, dia tinggal di Tanjung Priok, tiap hari berangkat bekerja ke Cengkareng, dan kini merintis usaha di daerah Depok.

Walaupun dia sudah mempersiapkan dengan baik, tidak semuanya berjalan mulus. Kendala yang muncul selalu ada. Masalah datang silih berganti. Namun, dia tidak mau terlalu fokus pada masalah yang timbul. Dia memilih untuk fokus dan teguh pada impiannya. Yulia mengaku, berkat kesungguhannya, banyak pihak yang mau membantu. Sering kali dia memperoleh kemudahan yang muncul dengan tiba-tiba.

Berkat kesungguhannya akhirnya Yulia berhasil Mendirikan Usaha Salon yang di Beri Nama MOZ5.

Postingan populer dari blog ini

Potensi Diri dan Karakter Wirausahawan Potensial

Bisnis Di Era Digital Berwirausaha Butuh Teknologi

Bisnis Mudah dan Menguntungkan Untuk Para Pemula