Benih Entrepreneur, Bakat Jadi Pengusaha, Peluang Bisnis Batu Bara, Pengusaha Bisa Kaya Dari Politikus

Penebar Benih Entrepreneur di Kalangan Kaum Muda Yang Punya Bakat Jadi Pengusaha

Pada usia yang masih muda sekitar 24 tahun, Arlo sudah membuktikan bahwa dirinya dapat membangun bisnis batu bara. Dengan keinginan dan cita-cita luhur Arlo memberikan keyakinan kepada anak-anak muda bahwa mereka dapat mencapai apa yang diinginkan dengan cara kerja keras.

Begitu banyak orang yang punya obesesi besar. Namun kebanyakan, kandas di tengah jalan. Akhirnya waktu yang seharusnya bermanfaat, terbuang jadi sia-sia. Penyebabnya karena melakoni sesuatu yang bukan menjadi panggilan jiwanya.

Terkait dengan panggilan jiwa ini kata bisa belajar banyak dari kisah Arlo Erdaka. Sosok entrepreneur yang pada masa mudanya memiliki inspiratif, tidak pernah ragu dalam melangkah demi mencapai cita-cita yang menjadi keinginan hati kecilnya untuk mewujudkan diri sebagai pengusaha.

Karena itu, Arlo semenjak di bangku sekolah menengah atas telah mengawali terjun berbisnis. Pada waktu itu bisnis yang dilakoninya adalah jualan hand phone (HP) kepada teman-temannya.
"Memang belum mendapat keuntungan yang banyak. Karena targetnya hanya untuk meningkatkan kompetensi dulu. Tapi tidak sedikit teknis-teknis berjualan yang dia dapatkan dari berbisnis HP dan MLM.

Pengalaman adalah guru terbaik. Ini pula yang dirasakan Arlo saat itu. Mesti belum memperoleh untung signifikan dari bisnis HP. Namun Arlo mendapatkan keuntungan dalam bentuk lain. Karena sudah biasa berhadapan dengan banyak orang, bahkan dengan orang yang lebih tua, jadi lebih percaya diri bila berhadapan dengan siapapun, baik muda maupun tua. Dan percaya diri inilah yang kemudian menjadi modalnya untuk melangkah selanjutnya.

Menjadi entrepreneur bukanlah cita-cita keluarga Managing Director PT Daya Cipta Nusantara. Mengingat tidak ada dari garis keturunan keluarga besar Arlo menggeluti bisnis. Keluarga besarnya berasal dari kalangan birokrat, pegawai negeri sipil. Pekerjaan ayahnya waktu itu adalah pegawai departemen dalam negeri. Begitu juga dengan tante dan omnya, mereka juga terjun di birokrasi pemerintahan.

Karena latar belakang tersebut, sejak masih di bangku sekolah menengah, kedua orangtuanya telah mengarahkan Arlo untuk masuk PNS. Namun, panggilan hati Arlo ternyata tidak kesana. Ia lebih senang ke dunia bisnis.

Ketertarikan Arlo kepada entrepreneurship terbilang unik. Tepatnya ketika ia membaca buku yang berjudul cash flow quantum karangan Robert Kiyosaki. Dengan membaca buku tersebut ternyata mengubah mind set hidupnya. Sejak saat itu Arlo lebih tertarik dengan dunia dagang.
Setelah lulus SMA, Arlo diterima di Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2004. Ia mengaku tidak terlalu berkonsentrasii meningkatkan nilainya saat itu. Karena di luar kampus, ia sibuk berdagang. Debut pertamanya berbisnis di kampus saat masih duduk di tingkat satu. Ia menggalang dana dengan menjual susu kemasan saat ada acara angkatan. Ternyata dagangannya saat itu laku keras. Karena melihat ada peluang bisnis, bersama sejumlah rekannya sesama kuliah, Arlo kemudian menekuni bisnis susu kemasan ini. 

Awalnya, Co Founder anda President ITB Entrepreneur Club ini berjualan dengan mebawa satu box susu yang kemudian dititipkan di perpustakaan kampus. Usahanya ternyata berkembang dengan pesat. Dari hanya satu box susu berkembang mencapai 15 box susu.

Ia pun akhirnya menjadi distributor resmi susu itu di kampus ITB. Bahkan Arlo sudah bisa menyewa sebuah truk untuk mengangkut susu-susu tersebut ke kampus. 
Yang namanya bisnis, tidak selamanya berjalan mulus, begitu juga yang dialami Arlo. Setelah dua tahun berjualan susu, maulailah berdatangan para pendatang baru di dunia susu ke kampus ITB. Bisnisnya pun sempat dipotong pesaing lainnya. Akhirnya bisnis susu sempat tak berjalan.

Namun, kegagalan itu tak lantas membuat Arlo putus semangat. Sebenarnya bukanlah kegagalan akan tetapi usahanya yang menurun, dengan kedatangan pesaing baru. 

Bersama sejumlah temannya, ia kembali merancang bisnis baru di bidang buah-buahan. Saat itu, ia melihat asupan nutrisi mahasiswa cukup jelek. Kadang makan di pinggir jalan dengan lauk seadanya dan jarnag mengonsumsi buah-buahan.

Dari sinilah kemudia ia dan bersama empat temannya terinspirasi menjalani bisnis buah-buahan untuk konsumsi para mahasiswa. Ia membeli buah-buahan dari pasar, dipotong-potong kemudian dimasukkan ke cold box. Selanjutnya buah-buahan yang telah dikemas itu dijual ke mahasiswa. "Alhamdulillah, responnya cukup bagus. 

Naluri bisnisnya kian terasah. Melihat peluang yang ada, ia kemudian melirik bisnis ice cream campina. Awalnya satu konter kemudian berkembang menjadi tiga konter. Dari bisnis ini Arlo banyak belajar tentang sistem franchise. Hambatan tak berhenti sampai disitu. Setelah selesai kuliahnya, kedua orangtuanya meminta Pria yang semenjak kuliah sudah gemar menyebarkan ilmu berbisnis ini untuk pulang ke Jakarta. Praktis semua bisnisnya di Bandung dihentukan selesai kuliah.
Lantaran sudah menjadi panggilan hatinya, sesampainya di Jakarta ia berusaha mencari-cari peluang bisnis baru.

Selama masa lima bulan, Arlo belum mempunyai aktivitas yang berarti. Orangtua menyarankan untuk membuat lamaran ke berbagai perusahaan.

Melirik Peluang Bisnis Batu Bara


Peluang nampaknya hanya menunggu waktu. Akhirnya sampailah peluang menambang batu bara di Samarinda. Saat itu, ia sama sekali tidak memiliki kemampuan tehnis, apalagi pendanaan untuk menambang batu bara.

Namun sebagai seorang yang masih muda, tenaga masih kuat, semangatpun bergebu-gebu, di dalam kamus hidunya tidak mengenal kata gagal. Karena itu, meski tak mempunyai pendanaan yang cukup untuk menambang batu bara, Arlo tetap meyakini bisnis tersebut adalah jalan untuk kembali membangun usahanya.

Arlo melihat bisnis batu bara ke depan akan tumbuh dan berkembang di Indonesia. Meskipun harga komoditi pada saat itu drop, namun ia tidak melihat demand terhadap batu bara turun, bahkan semakin besar. Apalagi, pemerintah telah menegaskan masih membutuhkan 10 ribu mega watt pembangkit tenaga listrik. Delapan puluh persennya dari kebutuhan tersebut berasal dari energi batu bara.

Aldo melihat peluang tersebut, walau harga drop, tapi deman tidak menurun, bahkan semakin meningkat. Sementara turunnya harga itu akibat fluktuatif pasar saja. Itulah yang menjadi alasan Arlo untuk terjun ke bisnis batu bara.

Benar saja, dengan modal networking yang telah dibangunnya selama kuliah di Bandung dan kompetensinya selama berbisnis pada masa-masa kulia, Arlo berhasil mendapatkan kepercayaan dari investor. Sejak itulah ia mulai menjalani bisnis pertama batu bara di Samarinda.

"Networking tidak bisa cepat. Ia harus dibangun berdasarkan hubungan yang dalam dan kejujuran. Alhamdulillah, dengan bekal networking itulah Arlo mendapatkan kepercayaan dari investor". Arlo pun sangat bersyukur.

Rintangan seakan telah menjadi bagian dari hidupnya. Meski secara legal, tehnis dan finansial telah teratasi, namun menjalani bisnis batu bara ternyata tak seperti membalikkan telapak tangan. Rintangan demi rintangan mesti di lalui Arlo. 

Benar saja, hari pertamanya menambang di Kabupaten Kutai Kartanegara, masyarakat menolak dan membuat rintangan. Namun kematangan berbisnis terlihat darinya. Terbukti ia tidak mengambil jalan kekerasan, tapi melakukan langkah elegan dan persuasif dengan bermusyawarah dengan masyarakat sekitar lokasi penambangan. 

"Alhamdulillah, hambatan tersebut bisa diatasi. Sebenarnya jika diajak dengan cara baik masyarakat juga dapat memahami", Begitu prinsip Aldo.
Rintangan berbisnis di pertambangan batu bara sejak awal telah disadari Arlo. Bahkan sedikit saja dapat dijadikan alasan berbagai kalangan untuk menggugat atau menutup bisnis ini. Seperti beberapa waktu lalu, bisnisnya sempat mau ditutup karena dianggap penyebab musibah banjir. Padahal lokasi banjir berjarak dua kilometer dari tempatnya menambang. Rintangan ini belum termasuk biaya sosial lainnya yang harus dikeluarkan Arlo dalam bisnisnya ini.

Namun semua rintangan itu coba dihadapi Arlo dengan elegan dan bijak sehingga tidak memberi peluang adanya kesalahan yang fatal. Itulah sebabnya, meski banyak rintangan sosial yang muncul, bisnisnya tetap berjalan baik.

Bahkan, omzet bisnis batu baranya kian waktu kian meningkat. Meski bukan tergolong perusahaan batu bara besar, omzetnya mencapai dua juta US$/tahun dengan kapasitas produksi sebesar 15 ribu ton per bulan.

Arlo bisa mempekerjakan sebanyak 30 orang karyawan. Ia juga mengangkat kontraktor Sukon yang memiliki 90 orang karyawan. Arlo mendapatkan 3 konsensi batu bara dengan seluas 250 hektar di Kutai Kartanegara, Samarinda.

Bagi Arlo setiap waktu ia harus siap untuk kerja. Tak adan dalam kamusnya untuk libur. Ia korbankan itu semua sebagai konsekuensi bisnisnya. 
Namun, kelelahan itu hilang saat ia melihat karyawan dan keluarganya dapat bekerja dan berkumpul dengan tenang tanpa ada yang merasa terganggu.

Di mata Arlo karyawan dan keluarganya sudah dianggap keluarga besarnya. Seperti halnya keluar, ia mencoba untuk mengopeni dan membimbing mereka sehingga ak ada satu pun dari karyawan dan keluarganya yang merasa berat dalam bekerja.

Itu sebabnya, ia berusaha sebisa mungkin dekat dengan karyawan dan keluarganya. Seperti berolah raga bersama. Bermanin pertandingan bola bersama dan sarana-sarana lainnya yang berusaha mempererat hubungan dengan karyawan dan keluarganya.

Sukses bisnis itu tidak sebatas keuntungan semata. Keuntungan non komersial, seperti mendapatkan keluarga besar, bermasyarakat dan lainnya jauh lebih berharga dari sekedar uang dan keuntungan komersil, begitu prinsip yang dipakai Arlo.

Dua hal yang menjadi obesesi Arlo yang ingin dilakukannya. Pertama, ia ingin meyakinkan anak-anak muda bahwa mereka dapat mencapai apa yang mereka inginkan jika mereka mau berusaha. Kedua, ia ingin para pengusaha mulai beralih ke hal-hal yang benar-benar menciptakan nilai tambah.

"Pengusaha bisa kaya dari Politikus. Tapi mereka tak punya kemampuan untuk naik ke dunia internasional hanya mengandalkan networking politik", begitu kata Arlo. Demikian Arlo, pada usia mudanya berusaha untuk menyebarkan ilmu entrepreneur ke banyak orang, termasuk kalangan generasi penerus bangsa.


Dari kisah Kesuksesan Alro dapat kita tarik kesimpulan bahwa setiap orang bisa sukses mewujudkan impiannya asalkan berusaha dan selalu berfikir positif, tidak mudah menyerah dan pantang mundur. Semoga bisa menambah motivasi untuk kalangan muda dalam mengasah jiwa entrepreneur.

Postingan populer dari blog ini

Potensi Diri dan Karakter Wirausahawan Potensial

Bisnis Di Era Digital Berwirausaha Butuh Teknologi

Bisnis Mudah dan Menguntungkan Untuk Para Pemula